ContohCerita Rakyat Bahasa Jawa Singkat Terbaru 10 from terbaru10.blogspot.com. Cerita dongeng dalam bahasa inggris : The king had two daughters, their named dewi galuh ajeng ad candra kirana who was kind and beautiful. Contoh cerita rakyat dalam bahasa inggris (cerita keong mas) oce upon a time there lived a king named kertamarta in daha kingdom.

Cerita yang pertama tentang Gurda-Gurdi Dimana dalam cerita ini diceritakan tentang, sebuah kerajaan yang ada di Tanah Karo. yang Dipimpin Oleh seorang raja dan di dampingi seorang permaisuri raja. Keluarga ini sangat bahagia sekali dengan kehadiran seorang Putri yang sangat cantik. Panglima raja yang gagah berani tetap setia menjaga keluarga ini. Seekor Manuk Sigurda-Gurdi Burung Enggang menambah nuansa keceriaan keluarga Raja, dengan Ekor yang panjang yang menarik perhatian semua orang. Karena keanggunan Manuk Sigurda-Gurdi terbersit keinginan sang Putri Raja untuk dapat membelai Sang Burung. Dan meminta kepada raja dan Permaisuri untuk membuat satu pesta yang besar dan mengajak burung untuk menari bersama Dengan diiringi Musik. Sang raja dan Permaisuri mengabulkan permintaan sang putri, memanggil semua masyarakat untuk berpesta bersama sesuai dengan permintaan Sang putri. Dalam kemeriahan pesta ada satu hal yang menjadi Pantangan bagi Manuk Sigurda Gurdi dimana Ekor yang panjang janganlah disentuh yang akan mengakibatkan kemarahan bagi Manuk Sigurda-Gurdi. Semua orang tidak tau tentang pantangan bagi Manuk Sigurda-Gurdi, hanya raja dan Permaisuri yang mengetahuinya. Semua bersorak menari bersama menikmati irama musik, Keinginan Putri untuk memegang ekor Manuk Sigurda Gurdi dilakukannya. Sang Putripun Memegang Ekor Manuk Sigurda-gurdi, kemarahan Manuk Sigurda Gurdi Membuat pesta menjadi Kacau, Sang Putri Dikejar oleh Manuk Sigurda-Gurdi, seakan ingin membunuhnya. Putri berlari mendekati sang raja dan Pemainsuri serta berlindung dibelakang mereka. Sang Panglima dengan kesigapan dan kegagahannya tetap berusaha melindungi keluarga raja dari serangan Manuk Sigurda-Gurdi. Manuk Sigurda-Gurdi menyerang dan Panglima tetap bertahan melindungi keluarga raja. yang akhirnya Panglima berhasil mengalahkan Manuk Sigurda-Gurdi. Cerita yang kedua tentang Gundala-Gundala Gundala-gundala adalah atraksi kesenian pada Masyarakat Kabupaten Karo dengan menggunakan “topeng” kayu. Gundala-gundala pada masa lampau ditampilkan dalam upacara “ndilo wari udan” memanggil hujan pada musim kemarau panjang di beberapa desa masih dilaksanakan sampai sekarang. Pada mulanya atraksi ini ditampilkan di Desa Seberaya mengisahkan legenda/dongeng si Gurda Gurdi. Menurut kisahnya. Dimasa lampau di dataran tinggi Karo hidup masyarakat yang rukun dan damai dipimpin seorang raja yang disebut “Sibayak” Sang raja memiliki satu-satunya keturunan yaitu seorang anak perempuan. Anak raja diperlakukan sebagai sorang putri yang yang sangat dimanjakan raja dengan sejumlah dayang-dayang yang senantiasa siap melayaninya. Setelah dewasa, sang putri menikah dengan seorang pemuda yang gagah perkasa, seorang pegawai istana yang saat itu bertugas sebagai kepala pengawal raja. Setelah perkawinannya, sang pengawal raja diberi jabatan baru sebagai Panglima Kerajaan. Suatu hari raja mengajak panglima untuk berburu di hutan yang lebat. Di tengan hutan rimba, rombongan ini bertemu dengan seekor burung raksasa, burung yang sangat sakti jelmaan seorang pertapa yang sakti mandraguna bernama Gurda Gurdi. Burung Gurda Gurdi tidak seperti hewan lainnya, dia mampu berbicara seperti layaknya seorang manusia. Pada saat rombongan Raja dan panglimanya bertemu dengan burung ini, burung Gurda Gurdi menyapa salam sang raja seraya menunjukkan rasa hormatnya, membuat panglima raja menaruh simpati dan mengajaknya pulang untuk tinggal di Istana Raja menemani istrinya sang putri raja. Hari-hari kehidupan sang putri yang ditemani Gurda Gurdi bertambah ceria dan bahagia, karena pada saat Panglima kerajaan suaminya melaksanakan tugas keluar daerah, Gurda Gurdi mampu menghibur sang putri sekaligus mampu memberikan perlindungan yang sempurna, karena burung jelmaan pertapa sakti ini tidak hanya tangguh dalam dunia persilatan, namun juga ampuh menangkal semua jenis racun, mantra, guna-guna, termasuk ilmu santet. Sisi lain dari kesaktian Burung raksasa ini adalah pantangan yang telah disumpahkannya sejak dahulu yakni paruhnya yang merupakan simbol kehormatannya tidak boleh dipegang. Suatu ketika, selagi sang putri asyik bercanda dengan putri raja, tanpa sengaja sang putri memegang paruh Gurda Gurdi yang membuat burung ini berang dan tidak menunjukkan sikap bersahabat. Mengetahui keadaan ini, panglima raja suaminya berusaha membujuk Gurda Gurdi dengan “mengelus” paruh burung tersebut. Ketidaktahuan keluarga raja atas karakter dan sifat Gurda Gurdi membuat terjadinya kemarahan yang berulang, karena paruh Gurda Gurdi kembali dielus, padahal tindakan tersebut dianggap sang burung sebagai bentuk pelecehan yang sangat menyakitkan. Gurda Gurdi menjadi marah besar, dengan mata merah dan bulu berdiri, dia melakukan sambaran dan pukulan kearah Panglima. semakin lama pertarungan kedua jawara sakti ini bertambah sengit, sang panglima pun tidak kalah sigap, sebagai pria sejati yang gagah perkasa dan sakti mandraguna dia tidak mau dipermalukan oleh seekor burung. Pertarungan yang sengit terus berlangsung selama beberapa hari, banyak kerbau mati terkena pukulan jarak jauh salah sasaran serta pohon-pohon bertumbangan akibat pertarungan kedua jawara dan belum ada tanda-tanda menunjukkan pihak yang lebih kuat atau yang lebih lemah. Melihat bahwa pertarungan ini telah menimbulkan keresahan bagi raja dan seluruh istana, Raja memerintahkan para pengawalnya untuk membantu panglima dengan menyalurkan tenaga dalam dari jarak jauh, akibatnya Gurda Gurdi terhempas ke tanah terkena pukulan mematikan dibagian kepalanya. Kematian Gurda Gurdi dihormati sebagai kematian seorang pahlawan Kerajaan, seluruh Istana berkabung, rakyat ikut berkabung bahkan Hari tiba-tiba mendung dan menitikkan air tanda berkabung nya, hujan deraspun melanda seluruh negeri. Demikianlah setiap kali atraksi atau tarian Gundala-gundala dilaksanakan dalam upacara Ndilo Wari Udan akan diahiri dengan suatu keadaan turunnya Hujan Deras

ceritarakyat : jaka tarub bahasa jawa. ing suatu desa ana pemuda kang ganteng lan gagah jenenge jaka jaka tarub lungo menyang hutan nganggo golek kayu pas ning tengah perjalanan jaka tarub krungu suara wong wedok kang lagi gojek lan guyu amarga penasaran jaka tarub golek I sumber suoro iku pas ketemu tibak e sumber suara iku
Cerita Rakyat Bahasa Jawa- Pada kesempatan ini, saya akan membagikan beberapa cerita rakyat yang ada di nusantara, namun dengan paket yang berbeda yaitu kisahan rakyat bahasa jawa. Lain belaka berbudi kewarganegaraan Indonesia, cerita rakyat bahasa jawa juga menjadi pelecok suatu yang cerita dicari-cari masyarakat kita. Cerita rakyat merupakan cerita pada zaman dahulu yang berkembang di kalangan masyarakat suatu daerah yang menceritakan satu kejadian dan kebenarannya belum diketahui secara pasti sebatas kini. Cerita rakyat ini biasanya disampaikan secara verbal dan bebuyutan kepada keturunan. Beberapa narasi rakyat bahasa jawa berikut ini dapat kalian jadikan referensi lakukan keperluan tugas ataupun bikin pribadi. Kisah rakyat bahasa jawa malin bermanja Narasi rakyat bahasa jawa dongeng keong mas Kisah rakyat bahasa jawa mite Candi Prambanan Kumpulan Cerita Rakyat Bahasa Jawa Ciri-ciri Cerita Rakyat Diversifikasi Cerita Rakyat Cerita Rakyat Bahasa Jawa Malin Kundang Cerita Rakyat Bahasa Jawa Legenda Candi Prambanan Kisahan Rakyat Bahasa Jawa Khayalan Keong Mas Kumpulan Narasi Rakyat Bahasa Jawa Ciri-ciri Cerita Rakyat Juru tulis cerita pertama mana tahu belum diketahui secara pasti Narasi berkembang dari mulut ke bacot dan turun temurun Produktif dengan makna dan nilai-nilai sani Mempunyai beraneka macam polah versi Bersifat tradisional Diversifikasi Cerita Rakyat Sumber Mitos sebuah narasi rakyat yang dipercaya dan diyakini akan kebenarannya. Galibnya mitos memvisualkan cucu adam yang punya kesaktian, dewa atau hewan. Misalnya Nyi Rara Kidul. Mite sebuah cerita rakyat yang menceritakan asal usul suatu wadah atau lokasi dan umumnya cak semau petilasan, misalnya gunung, wai , danau, dan lain-bukan. Dongeng sebuah cerita rakyat nan diluar nalar dan sulit lakukan dipercaya. Misalnya Jaka Tarub, Keong Mas, dan sebagainya. Selain cerita rakyat, kalian juga boleh mendaras Cerita Wayang Bahasa Jawa yang tak kalah seru. Kisahan Rakyat Bahasa Jawa Malin Kundang Mata air Ana kasebuta siji keluarga sing urip mlarat saka kakak lan anake sing duwe jeneng malin kundang. Amergo bapake wis tilar, si embok kudu tandhang gawe dhewe kanggo bisa nguripi keluargane. Malin Bermanja yaiku anak sing pinter ning sethitik mbeling. Patut dheweke wes gedhe, malin rumangsa mesakne marang sang emboke sing saseprana tandhang gawe kanggo nguripi dheweke. Banjur malin pamitan kanggo maran nggolek pegawean neng kutho gedhe. “ Mbok, aku kepingin lunga menyang kutha gedhe. Aku pengen kerja supoyo bisa tolong yunda neng kene.” Senawat malin. “Aja tinggalake si ayunda dhewe le, simbok mung duwe awakmu neng kene.” Jawabe simbok nolak. “Izinke aku lunga tho mbok, aku mesakne ndeleng si embak terus tandhang gawe saprene.” Tembung malin. “ Yo wis le, embok eling ya le ! ojok lalekne si mbok lan desa iki cukup koe sukses neng kana.” Kanda si mbok karo nangis. Sendang Esuke malin budhal lunga menyang kutha gedhe nggunakne sawijining kapal. Sakwise pirang-blonda hawar suwene tandhang gawe, Malin kedadeyan neng kutha paranane. Malin kundang saiki dadi wong sugih lan nduweni akeh kapal dagang. Dheweke uga wes rabbana karo wedok ayu nek kana. Kabar babagan malin bermanja ding dadi wong sugih nganti menyang simbok. Sang mbakyu seneng banget ra karuan krungu siaran kui. Dheweke sanuli nunggu neng pantai sabendina, ngarep-arep anake bali lan ngalungguhan drajat mboke. Nanging malin ora tau teka. Sawijining dina, bojone malin pitakon ngenani emboke malin lan pengen ketemu. Malin bermanja ora isa nolak kekarepan bojo seng didemenane banget kuwi. Malin njagakne saben dalanane kasebut marang desane nggunakne siji kapale kang gedhe lan apik banget. Sumber Akhire malin kundang teka menyang desane karo garwa lan anak buahe. Krungu keteken malin, si mbuk rumangsa bungah banget. Si teteh mlayu menyang pantai kanggo cepet ndeleng anak sing didemenane balik. ”Barang apa kuwi kowe le Malin, Anakku ?? Iki sang ning le, kowe eling” pitakone simbok. “ Malin anakku, kenopo cak kenapa lungo suwe tanpa ngirim warta ?” tureen karo ngekep malin kundang. Si garwane malin kaget ndeleng wong wadon tuwa, mambu, kucel sing memeluk bojone. “Malin, wong wedok tuwa, mambu, kucel iki yaiku embokmu , malin ?” celathu bojoe malin. Amargo rasa isin, malin kundang cucul kekepane siemboke lan nyurung nganti tibo nang ngisor. “aku ora kenal kowe, wong wedok tuwa kere .” ujare malin. “Dasar wedok tuwa ora ngerti badan, sembarang wae ngaku dadi simbokku.” Banjur malin kundang nggetak. Sumber Krungu ujare momongan kandunge mangkono, si embok rumangsa terharu lan nesu. Dheweke ora ngira, anak sing didemenane banget ngowah anak seng durhaka. “Oh almalik sing Maha Kuwasa, nek dheweke yaiku bener anakku, aku nyuwun wenehono azab nang dheweke lan dadekno dheweke dadi watu.” Sabdane si taci Ora suwe banjur angin lan udan deres banget karo bledek ngantem lan ngrusake kapal malin kundang. Sakwise kuwi, awake malin kundang kaku lan dadi watu sing nyiji karo karang. Cerita Rakyat Bahasa Jawa Mite Candi Prambanan Sumber Ing jaman biyen ana kerajaan gedhe banget sing jenenge Prambanan. Rakyate prambanan iku uripe iso ayem lan tentrem sing dipimpin karo Kanjeng sultan Anak cucu. Nanging ana musim kekaisaran Prambanan diserang karo kerajaan Pengging. Prabu Nasab lan kabeh pasukane mati amarga kurang persiapane. Prabu Baka lan kabeh pasukane mati amergo kena karo senjatane Bandung Bondowoso. Akhire, kerajaan Prambanan dikuasai lan dipimpin karo Bandung Bondowoso. Bandung Bondowoso iku raja seng duweni kasekten lan bala jin utawa bangsa alus. Sreg wektu mimpin kerajaan Prambanan, Bandung Bondowoso ndeloki lan ngemati putri seng ayu banget, putrine Prabu Baka. Dara iku duwe jeneng Roro Jonggrang. Ora suwe, Bandung Bondowoso serta merta nglamar Roro Jonggrang. “ Roro Jonggrang, opo awakmu gelem dadi permaisuriku ?” pitakone Bandung Bondowoso. Roro jonggrang tersingahak lan pening amarga ora pengin nerimo lamarane soko Bandung Bondowoso. Nanging Roro Jonggrang ngroso wedi peso ora nerimo lamaran, Bandung Bondowoso bakale murko lan gawe bebaya ing rakyat Prambanan. Pungkasane Roro Jonggrang duweni ide lan nanggepi Bandung Bondowoso. “Aku gelem dadi permaisuriku, tapi ana syarate.” “Apa iku syarate ?” Bandung Bondowoso nerosne pitakone. “Gawekno aku seribu 1000 candi seng kudu silakan nek wektu sakwengi !” jawabe Roro Jonggrang. Sumber Bandung Bondowoso mikir lan nggolek ide supoyo boleh gawe 1000 candi ing hari sakwengi. Ing bengi, Bandung Bondowoso ngumpulno momongan buahe yaiku jin karo bangsa alus. Sawise ngrungokake perintahe Bandung Bondowoso, poro jin lan bangsa alus sedarun nggarap sing diperintaake karo Bandung Bondowoso. Ing wektu cepet, gedung candi meh marilah sewu. Roro Jonggrang ndelengi soko kadohan, deweke bingung ngerteni Bandung Bondowoso dibantu poro jin. Roro Jonggrang sewaktu ngumpulno poro dayang-dayange. Roro Jonggrang menehi tugas marang dayang dayange gawe ngumpulno lan mbakar jerami. Poro dayang liyane diwenehi dhawuh munikne lesung lan naburno bunga sing wangi. Sumber Jin lan setan ingin wedi amargo disangkakno wes esok. Akhire poro jin lan setan ninggalake panggonane. Candi durung ana 1000, tapi cacat 1. Bandung Bondowoso mangkel lan murko marang Roro Jonggrang amargo wis mbujuki deweke. Roro Jonggrang disabda karo Bandung Bondowoso dadi patung lan ngganepi 1000 candi. Sampe saiki candi-candi iku isek ana ing panggonan Prambanan, Jawa Tengah. Sumber Cerita Rakyat Bahasa Jawa Khayalan Keong Mas Perigi Kira-kira wis setaun suwene desa dhadapan ngalami alamat ketiga kang dawa. Krana kuwi gawe uripe warga katula-libra, dadi larang rimba lan akeh lelara. Ing dhadapan ana wong wadon tuwa seng lola tanpo dulur yaiku mbok Randha. Kanggo nyambung uripe sakbendinane, dheweke luru krowodan ing alas kewan. Sanajan kahanan kayak ngono nanging mbok Randha ora tau ngresula. Malah saya nyaketake marang Gusti Kuasa, “ Duh Gusti paringana pepajar ing desa kula mugi-mugi ingkang ceria saking topan punika.” Sawijining esuk, mbok Randha golek panganan menyang jenggala. Nalika pula milang-miling, dheweke weruh cumlorot cahya saka sak tengahing kali kang asat. “Cahya opo kuwi, kok cumlorot kaya emas ?”, tuwuh pitakon ing batine, banjur nyedaki sumber cahya mau. Mata air Menyerempakkan dicedaki, jebule sawijining keong mas kang nyungsang ing watu-watu bisa jadi. Keong mas iku digawa mulih tekan ngomah dicemplungake genthong. Ayuk randha menyang alas kayak biasane, nanging nasibe lagi apes. Dheweke urung entuk krowodan nganti meh surup, banjur mulih nggelanthung ora entuk opo-opo. Sakwise leyeh-leyeh ing emperan omah, dheweke menyang pawon menawa wae ana krowodan kang bisa ngganjel weteng sing luwe. Embok Randha kami tenggengen ngerti panganan kang ana ing pawone. Atine kebak pitakon, sopo sing ngeteri panganan kuwi. Ing sabendina, lekase mbok Randha mulih soko alas wis cumepak panganan. Sawijining dina kanthi sesideman, mbok Randha ndedepi sapaan wong kang melbu ing pawone. Mata air Uni Randha tergemap ora kinara, amergo nyawang Keong Mas mau metu saka genthong lan malih dadi putri kang ayu. Saben ditinggal mbok Randha menyang alas, keong mas mau malih wujud. Mbok Randha banjur nakoni sapaan sejatine nona kang ayu kuwi. “Nduk, wong ayu sliramu iki sapaan mengapa nganti kedarang-darang ing hutan lan jilmo dadi Keong Mas ?” “Yung aranku Candrakirana. Aku iki garwane Tuanku Inukerta, Raja ing Jenggala.” Jawabe keong mas. “Lho kok bisa dadi Keong Mas lan tumeka ing wana dhadapan kuwi larah-larahe kepiye tho cah ayu ?”, pitakone ayunda Randha. Banjur, Dewi Chandrakirana njlentrehake menawa ing sawijining dina dheweke dicidra Raja Jin Sakti kang kareb ngepek garwa. Ananging dheweke ora gelem nuruti kekarepane Jin, jin kui muntab. Dewi Candrakirana sinebda dadi Keong Mas banjur diguwang nyang kali, adoh saka kraton Pangan. Wekasane supoyo Dewi Candrakirana ora boleh ketemu karo garwane, Raja Inukerta. Anehing kahanan ana nalika kecemplungan Keong Mas, kaline dadi asat. Asate banyu kali ingin jalari Keong Mas nyungsang ing watu-watu nganthi nemahi tiwas. Bejane ditemu lan diopeni karo mbok Randha Dhadapan. Mula kuwi supoyo aku ora konangan Raja Jin, aku tak delik neng kene. Anggepen aku iku anakmu dhewe lan wenehana aran limaran. Ing saktengahing rerembugan, ana swara lanang dhodog-dhodog lawang. Mbak Randha banjur bukakne lawing, dhayoh kang sandangane nuduhake punggawa kraton, crita menawa dheweke diutus Raden Inukerta supoyo njaluk banyu kang diwadahi hudai kencana. Perigi Nampa kendhi pratala kang diwadahi mundam kencana, Raden Inukerta sauwat kaget amargi kelingan ora ana wong liya sing kagungan kendhi pratala diwadahi bokor kencana kejaba Dewi Candrakirana. Raden Inukerta banjur ngajak para punggawa bali menyang Dhadapan nemoni LImaran. Ebaaaa , bungahe Raden Inukerta ketemu Limaran kang sejatine garwane dewe Dewi Candrakirana kang wis suwi ilang. Ketemune Raden Inukerta karo Dewi Candrakirana dibarengi udan deres ing desa Dhadapan. Tekane udan sakwise pageblug ing desa Dhadapan. Kabul panyuwune Uni Randha Dhadapan. Kali bili ribu maneh, tlaga agung, desa dadi berlambak lan reja. Nah, demikian sejumlah cerita rakyat bahasa jawa yang dapat admin sampaikan. Semoga dapat bermanfaat bagi kalian.

Tema= cerita kang saget makili ing jerone cerita ing cerita rama dan sinta tema persetujuan, pengorbanan dan kesetiaan antarane rama kalian shinta. The epic ramayana tells the story of rama who ruled in the kingdom of kosala, north of the river ganges, the capital of ayodhya. 32+ Gambar Kartun Wayang Cepot Gambar Kartun Ku

Berikut ini adalah dongeng atau cerita rakyat dari Suku Karo, Sumatera Utara. Dongeng ini mengisahkan cerita asal mula Lau Kawar. Kami sajikan dongeng ini dalam bahasa Indonesia dan bahasa Karo. Pada zaman dahulu kala tersebutlah dalam sebuah kisah, ada sebuah desa yang sangat subur di daerah Kabupaten Karo, bernama Desa Kawar. Penduduk desa ini umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Hasil panen mereka selalu melimpah ruah. Suatu waktu hasil panen mereka meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Lumbung-lumbung mereka penuh dengan padi. Bahkan banyak dari mereka yang lumbungnya tidak muat dengan hasil panen. Untuk mensyukuri nikmat Tuhan tersebut, mereka pun bergotong-royong untuk mengadakan selamatan dengan menyelenggarakan upacara adat. Pada hari pelaksanaan upacara adat tersebut, Desa Kawar tampak ramai dan semarak. Para penduduk mengenakan pakaian yang berwarna-warni serta perhiasan yang indah. Kaum perempuan pada sibuk memasak berbagai macam masakan untuk dimakan bersama dalam upacara tersebut. Baca JugaHarga BBM Dinaikkan, Jokowi Janjikan BLT BBM Disalurkan ke Kota dan Kabupaten Pekan Depan Pelaksanaan upacara juga dimeriahkan dengan pagelaran Gendang Guro-Guro Aron’, musik khas masyarakat Karo. Pada pesta yang hanya dilaksanakan setahun sekali itu, seluruh penduduk hadir dalam pesta tersebut, kecuali seorang nenek tua renta yang sedang menderita sakit lumpuh. Tidak ketinggalan pula anak, menantu maupun cucunya turut hadir dalam acara itu. Tinggallah nenek tua itu seorang sendiri terbaring di atas pembaringannya. “Ya, Tuhan! Aku ingin sekali menghadiri pesta itu. Tapi, apa dayaku ini. Jangankan berjalan, berdiri pun aku sudah tak sanggup,” ratap si nenek tua dalam hati. Dalam keadaan demikian, ia hanya bisa membayangkan betapa meriahnya suasana pesta itu. Jika terdengar sayup-sayup suara Gendang Guro-guro Aron didendangkan, teringatlah ketika ia masih remaja. Pada pesta Gendang Guro-Guro Aron itu, remaja laki-laki dan perempuan menari berpasang-pasangan. Alangkah bahagianya saat-saat seperti itu. Namun, semua itu hanya tinggal kenangan di masa muda si nenek. Kini, tinggal siksaan dan penderitaan yang dialami di usia senjanya. Ia menderita seorang diri dalam kesepian. Tak seorang pun yang ingin mengajaknya bicara. Hanya deraian air mata yang menemaninya untuk menghilangkan bebannya. Ia seakan-akan merasa seperti sampah yang tak berguna, semua orang tidak ada yang peduli padanya, termasuk anak, menantu serta cucu-cucunya. Ketika tiba saatnya makan siang, semua penduduk yang hadir dalam pesta tersebut berkumpul untuk menyantap makanan yang telah disiapkan. Di sana tersedia daging panggang lembu, kambing, babi, dan ayam yang masih hangat. Suasana yang sejuk membuat mereka bertambah lahap dalam menikmati berbagai hidangan tersebut. Baca JugaTak Terima Dihujat Gegara Istri Ferdy Sambo, Kak Seto Bela Diri Saya Spontan Bilang Bayi Harus Dekat Ibu Di tengah-tengah lahapnya mereka makan sekali-kali terdengar tawa, karena di antara mereka ada saja yang membuat lelucon. Rasa gembira yang berlebihan membuat mereka lupa diri, termasuk anak dan menantu si nenek itu. Mereka benar-benar lupa ibu mereka yang sedang terbaring lemas sendirian di rumah. Sementara itu, si nenek sudah merasa sangat lapar, karena sejak pagi belum ada sedikit pun makanan yang mengisi perutnya. Kini, ia sangat mengharapkan anak atau menantunya ingat dan segera mengantarkan makanan. Namun, setelah ditunggu-tunggu, tak seorang pun yang datang. “Aduuuh…! Perutku rasanya melilit-lilit. Tapi, kenapa sampai saat ini anak-anakku tidak mengantarkan makanan untukku?” keluh si nenek yang badannya sudah gemetar menahan lapar. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, ia mencoba mencari makanan di dapur, tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa. Rupanya, sang anak sengaja tidak memasak pada hari itu, karena di tempat upacara tersedia banyak makanan. Akhirnya, si nenek tua terpaksa beringsut-ingsut kembali ke pembaringannya. Ia sangat kecewa, tak terasa air matanya keluar dari kedua kelopak matanya. Ibu tua itu menangisi nasibnya yang malang. “Ya, Tuhan! Anak-cukuku benar-benar tega membiarkan aku menderita begini. Di sana mereka makan enak-enak sampai kenyang, sedang aku dibiarkan kelaparan. Sungguh kejam mereka!” kata nenek tua itu dalam hati dengan perasaan kecewa. Beberapa saat kemudian, pesta makan-makan dalam upacara itu telah usai. Rupanya sang anak baru teringat pada ibunya di rumah. Ia kemudian segera menghampiri istrinya. “Isriku! Apakah kamu sudah mengantar makanan untuk Nenek-nya anak kita?” tanya sang suami kepada istrinya. “Belum?” jawab istrinya. “Kalau begitu, bungkuskan makanan, lalu suruh anak kita menghantarkannya pulang” perintah sang suami. “Baiklah, suamiku! jawab sang istri. Si menantu itu pun segera membungkus makanan lalu menyuruh anaknya, “Nak! Antarkan makanan ini kepada nenek di rumah ya” katanya. “Baik, Bu!” jawab anaknya yang langsung berlari sambil membawa makanan itu pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, anak itu segera menyerahkan makanan itu kepada neneknya, lalu berlari kembali ke tempat upacara. Alangkah senangnya hati sang nenek. Pada saat-saat lapar seperti itu, tiba-tiba ada yang membawakan makanan. Dengan perasaan gembira, sang nenek pun segera membuka bungkusan itu. Namun betapa kecewanya ia, ternyata isi bungkusan itu hanyalah sisa-sisa makanan. Beberapa potong tulang sapi dan kambing yang hampir habis dagingnya. “Ya, Tuhan! Apakah mereka sudah menganggapku seperti binatang. Kenapa mereka memberiku sisa-sisa makanan dan tulang-tulang,” gumam si nenek tua dengan perasaan kesal. Sebetulnya bungkusan itu berisi daging panggang yang masih utuh. Namun, di tengah perjalanan si cucu telah memakan sebagian isi bungkusan itu, sehingga yang tersisa hanyalah tulang-tulang. Si nenek tua yang tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya, mengira anak dan menantunya telah tega melakukan hal itu. Maka, dengan perlakuan itu, ia merasa sangat sedih dan terhina. Air matanya pun tak terbendung lagi. Ia kemudian berdoa kepada Tuhan agar mengutuk anak dan menantunya itu. “Ya, Tuhan!” Mereka telah berbuat durhaka kepadaku. Berilah mereka pelajaran!” perempuan tua itu memohon kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Baru saja kalimat itu lepas dari mulut si nenek tua, tiba-tiba terjadi gempa bumi yang sangat dahsyat. Langit pun menjadi mendung, guntur menggelegar bagai memecah langit, dan tak lama kemudian hujan turun dengan lebatnya. Seluruh penduduk yang semula bersuka-ria, tiba-tiba menjadi panik. Suara jerit tangis meminta tolong pun terdengar dari mana-mana. Namun, mereka sudah tidak bisa menghindar dari keganasan alam yang sungguh mengerikan itu. Dalam sekejap, desa Kawar yang subur dan makmur tiba-tiba tenggelam. Tak seorang pun penduduknya yang selamat dalam peristiwa itu. Beberapa hari kemudian, desa itu berubah menjadi sebuah kawah besar yang digenangi air. Oleh masyarakat setempat, kawah itu diberi nama Lau Kawar’. terjemahan dalam bahasa Karo TURIN MULA BENA LAU KAWAR Nai kunuken tersena me bas sada turin, lit sada kuta si mehumur kal i daerah Kabupaten Karo, ergelar Kuta Kawar. Anak kuta enda umumna erpendahin perjuma. Peranin kalak e mbuah nge lalap. Sekali waktu, peranin kalak e mbuah dua kali lipat arah tahun sope sie. Keben-keben kalak e dem buah page. Piah enterem kalak e si kebenna lanai siat ulih peraninna. Guna ngataken bujur kempak Tuhan kerna keliasen e, kalak e pe ergotong-royong guna ngelakoken ulih peranin si mbuah e alu ngelakoken lakon kerja adat. Bas wari lakon adat e, Kuta Kawar teridah enterem ras meriah kal. Kerina anak kuta makeken paken si ercurak-curak ras perhiasen si meharhar. Sidiberu kuskas erdakan ras nggule erbage pangan guna ipan ras ras bas lakon e. Lakon e pe iperiahken alu erbahan Gendang Guro-Guro Aron’, musik kas masyarakat Karo. Bas lakon si terjeng ilakoken setahun sekali e, kerina anak kuta reh bas kerja e, seakatan sekalak nini tudung enggo metua si sangana sakit cempang. La ketadingen pe anak, kela/permain bagepe kempuna ikut reh ku lakon kerja adat e. Tadingme nini tudung e sekalak gempang datas inganna medem. “Ooo, Tuhan! Merincuh kal aku reh ku lakon kerja e. Tapi, kugalah kubahan. Lapedah erdalan, tedis kin pe labo aku ngasup,” iher tangis bas pusuhna. Bas keadan bage, ia terjeng banci mbayangken bage rianha lakon kerja e. Adi terbegi ndauh-dauh nari sora Gendang Guro-guro Aron identengken, teringetme tupung ia singuda-nguda denga. Bas lakon kerja Gendang Guro-Guro Aron e, anak perana ras singuda-nguda landek erpasang-pasangen. Bage riahna paksa-paksa sibage rupana. Tapi, kerina e terjeng tading ingeten paksa nguda nini tudung e. Genduari, tading siksan ras suin si nanami bas umurna enggo metua. Mekelesa ia sekalak bas kelungunen. La sekalak pe si nggit ercakap ras ia. Terjeng iluh mamburen si nemanisa guna meneken babanna. Petempa-tempa ia nggejapken bagi sampah si la erguna, kerina jelma la lit si meddiate kempakna, termasuk anak, kela/permain ras kempu-kempuna. Tupung seh paksa man ciger, kerina anak kuta si reh bas lakon kerja e pulung guna mangani pangan si isikapken. I je lit bengkau panggang lembu, kambing, babi, ras manuk si melas denga. Situasi si malem erbahan kalak e reh tabehna akapna man ngenanami erbage bengkau e iherna kulcapen man. I tengah-tengah perkulcapna man kerina sekali-sekali terbegi tawana, sabap isekelewet kalak e lit saja sierbahan pertawan. Meriah ukur si erlebihen mahansa lanai inget kalak e kai pe, termasuk anak ras kela/permain nini tudung e. Tuhu-tuhu kalak lupa nande kalak e si sangana kote si sada i rumah. Paksa sie, nini tudung e enggo lumben, sabap pagi-pagi nari lenga lit sitik pe pangan si ngisi beltekna. Gundari, iarapkenna kal anak tah kela/permainna inget ras minter naruhken nakan. Tapi, kenca itima-timai, la sekalak pe si reh. “Andiiihh…! Beltekku bagi ngelilet-lilet. Tapi, engkai seh gundari enda anak-anakku la naruhken pangan bangku?” kumesah nini e si kulana enggo nggirgiren nahanken lihe. Alu iba-iba gegeh si lit, icubakenna ndarami pangan i dapur, tapi kai pe la lit idatkenna. Kepeken, si anak sengaja la erdakan bas wari e, sabap bas lakon kerja e sikap kerina pangan. Dungna, nini tudung e terpaksa nggawang-nggawang mulihi ku inganna meden. Sangkut kal ukurna, la gejap iluhna ndarat arah duana matana. Nande si metua e ngandungi padanna. “Ooo, Tuhan! Anak-kempuku tuhu-tuhu seh kal ukurna mpediat aku suin bagenda. I jah kalak ndai man entabeh-entabeh seh besur, tapi aku ipediat lumben. Kejam kal kalak e!” nina nini tudung e bas pusuh alu penggejapen sangkut ukur. Piga-piga paksa kenca sie, lakon man-man bas lakon kerja adat e nggo dung. Kepeken si anak minter teringet kempak nandena i rumah. Minter ia ndahi ndeharana. “Ndeharangku! Enggo ndia itaruhkenndu pangan man Nini anakta?” nungkun perbulangen kempak ndeharana. “Lenga?” jabap ndeharana. “Adi bage, bungkusken pangan, ence suruh anakta naruhkenca ku rumah” perentah si perbulangen. “Uwe yahh, perbulangenku! jabap si ndehara. Si permain e pe minter mbungkus pangan ence nuruh anakna, “Nakku! Taruhken pangan enda kempak ninindu i rumah ya.” nina. “Uwe, Nande!” jabap ananka si minter kiam iherna maba pangan e mulih ku rumah. Kenca seh i rumah, minter anak e mereken pangan e kempak ninina, ence kiam mulihi ku ingan lakon kerja e. Meriah kal ukur si nini tudung. Paksa melihe bage, rempet lit si maba pangan. Alu penggejapen meriah ukur, si nini pe minter nalangi bungusen e. Tapi bage senggetna ia, kepeken isi bungkusen terjeng iba-iba pangan. Piga-piga penggel tulan lembu ras kambing si nandangi keri jukutna. “Ooo, Tuhan! Lakinlah kalak e enggo ngakap aku bagi binatang. Engkai kalak e mereken bangku iba-iba pangan ras tulan-tulan,” cengamen si nini tudung alu penggejapen nembeh. Situhuna bungkusen e risi jukut panggang si mejile denga. Tapi, itengah perdalanen nggo ipan si kempu deba isi bungkusen e, seh maka ibana terjeng tulan-tulan. Si nini tudung si la meteh kejadin si tuhuna, ngakap anak ras permainna sengaja erbahansa bage. E maka alu perlakon sie, ndele kal atena ras itokohi. Iluhna pe lanai terpengadi. Ence ertoto ia kempak Tuhan gelah numpahi anak ras permainna. “Ooo, Tuhan!” “Kalak e nggo erbahan kemali kempakku. Bere dage kalak e pelajaren!” Diberu tua-tua e mindoken kempak Tuhan Si Madakuasa. Edenga belas-belas i lepus idur babah nini tudung e, rempet jadi mara eme gempa si mesangat. Langit pe jadi mbiring, lenggur siayak-ayaken petempa mecahken langit, ras la ndekah kenca sie ndabuh udan meder kal. Kerina anak kuta si ndai ermeriah ukur, rempet jadi lanai meteh tumburen. Sora serko tangis mindo sampat pe terbegi ijah ije. Tapi, kalak e enggo lanai banci nilah idur kinirawan doni si tuhu-tuhu mehantu e. Bas kentisik saja, Kuta Kawar si mehumur ras mejue rempet teldem. La sekalak pe anak kutana si selamat bas kejadin e. Piga-piga wari kenca sie, kuta e salih jadi sada kawah galang si demi lau. Masyarakat sekelewet, kawah e igelari Lau Kawar’. Bageme turin mula bena Lau Kawar i daerah Taneh Karo, Sumatera Utara. Tenah orat nggeluh bas turin enda e me pentar ngataken bujur, pedauh sipat kemali kempak orang tua, ras ula sia-siaken pedah. Demikianlah kisang asal mula Lau Kawardari daerah Tanah Karo, Sumatera Utara. Pesan moral dalam cerita rakyat ini adalah pandai mensyukuri nikmat, menjauhi sifat durhaka kepada orang tua, dan jangan menyia-nyiakan amanat. [Dilansir Eva Barus pariidari berbagai sumber terjemahan bahasa Karo dari majalah Ralinggungi]

Rumangsakuciwa karo perawatan ibuné, Sangkuriang mutusaké arep lunga, lan ninggal omahé. Sawise kedadeyan kasebut, Dayang Sumbi nyesel banget amarga tindakane. Rangkuman cerita rakyat Nyi Roro Kidul dalam bahasa Jawa . Singkat cerita Prabu Siliwangi anduweni keturunan saka permaisuri kang awujud bocah wadon kanthi jeneng Putri Lara

Cerita Rakyat Karo yang berjudul Harta benda-Gana Sarunggitgit S pan-ji-panji mejuah-juah man banta kerina… Pada kesempatan kali ini saya akan membagikan kata sandang mengenai Cerita Rakyat Karo yang berjudul Mal-Gana Sarunggitgit .Adapun intensi saya membagikan artikel ini yakni agar kita selaku sosok karo kalak karo jangan pernah untuk melupakan Cerita Rakyat Karo yang ada perumpamaan adegan berpangkal tradisi dan budaya kita khalayak karo. Oke langsung saja Berikut ini adalah salah satu bersumber Cerita Rakyat Karo yang tenar Harta benda Gana Sarunggitgit Nai ope denga lit pasar dalin engkahe. Ngelegi sira, lauk dagangen entah kai denga sidebanna kerina i legi alu dalin erlanja. Jelma mbiar denga asum e man ingan simejin-mejin, ntah kerangen bagepe deleng mawen godaan pe. Adi Pa Ngatoi ibahanna sapona barung-barung i tepi dalan perlanja e, kelang-kelang deleng Barus ras deleng Sibayak. Ije ia ringan ras ndeharana. Man perlanja si erberngi i je, i berekenna kudin pinjamen man perdakanen. Janah i bereken perlanja e ka ikan entah pe sidebanna. Piah dungna penumbuk dalin bage enggo bias kegeluhen Pa Ngatoi pagi rebi. Adi berusul kenca kudin, ntah kai akapna i bahan perlanja la sikap, minter i kilangna. Mbiar perlanja lanai i berekenna i je erberngi maka i tahankenna i kilangna. Sekali paksa turah me ukur Pa Ngatoi ngoto-ngotoi perlanja alu pebiar-biarsa. Ibar-barina sada sarunggitgit dua estah gedangna. Untuk jelma ibahanna tempasna. Enca dung i tamakenna deher sapona, agakna keri segumpal peisapen dekahna erdalin. Janah ibas sada wari, i buatna derita manuk megara i gelehna, janah i buatna dareh buka-bukana, ate-atena, rak-rakna ras dalang-dalangna, je nari i sulangkenna man perbendaharaan-gana e. Je nari i bas-bas berpenyakitan alu purih tonggal janeh nina “Enda kbere ko au dareh urai-buka, ate-ate, rak-rak, ras dalang-dalang manuk megara, kerokot engko man puja-sembahen kalak si mentas, janah engko me jadi sirulahi man kalak simegombang arah dalin enda”. Enca wari si e, lit kenca kalak mentas nina “O ganti, adi mentas sebelah e, ola kam lupa ertoto, encibalken isapndu. Sebab keramat si ah ndai banci nampati kam, adi mehamat jumpa rejeki kam, adi lang bancing kam i rulahina. Sikurangna kari mesui kal takalndu i bahanna”. Erkiteken ingan khasanah-gana e pe bagi si mejin ka kin tuhu, enca i je nari melala berpenyakitan tuhu kalak ertoto ras ercibal ibas mal-gana e. “Ola kal aku bangger-bangger, adi runtung binagangku teroris kubereken man bandu luahku nenek …” Sekali lit perlanja gutul. La ia nggit pecibal isapna sadape, Pa Ampuk gelarna. Enca ia lepus lit i begina sora “O Pa Ampuk, Udara murni Pa Ampuk, engkai makana engko megombang ibas inganku enda?” peltep-peltep sorana. Enca seh i jerangau minter mekelek bangger Pa Ampuk jenari mate. Mbar kel minter beritana kerna perpate Pa Ampuk. Emaka reh biarna jelma kubas gana-gana e . Ise pe lanai pang meliam janah megombang kubas ingan gana-gana e. Janah dalin sada e kel ngenca. Pa Ngatoi karaben kenca lawes kugana-kekayaan muati persembahen ras cibal-cibalen kalak perlanja, nguda denga kal ia sang Mamang gelarna. Beliau sung pecibal sung lang. Tapi sekal pe labo mesui takalna. Sekali muat engkahe, nina Pa Ngatoi “O Kalut .. engko ola ko denggo bagi perlanja Pa Ampuk. Petual-tualken ije, minter ampuk” “Ue Pa,” nina si Mamang. Tapi enca seh bas mal-gana e, lawes ia kuteruh kayu ah. Ibuatina peldang melala. Je nari lit deba i bentingkenna deba itamana bas bulangna gelah mejin kal man tatapen. Ibas wari si e melala kal tuhu perlanja mentas pesawaen i gugung nari ras i deringo nari. Kerina ertoto ras ercibal ka i je. Seh kal biarna kerina man begu gana-gana e. Reh me tuhu Pa Ngatoi muati cibal-cibalen ras persembahen kalak perlanja. Wari si e mate-mate wulan. Kenca ben gelap kal ibas ingan gana-perbendaharaan e. Asum tanna muati duit lit sora nina “Ola buati, ajangku kap ena!” sora e mejin, galang janah peltep-peltep. “Erbanko pe aku,” nina Pa Ngatoi. “Ola buat,” nina ka sora e. “Erbanko pe aku nge,” nina ka Pa Ngatoi, tapi enggo jergeh kal mbuluna janah mbelin talakna. “Ola buat, kubunuh ko kari,” nina ka sora e. “Sip ko,” nina Pa Ngatoi, tapi enggo seh kal biarna. Rempet reh keramat e, mbur kel bulangna peldang janah kerina dagingna e peldagen. “Mate nge engko,” nina sorana peltep-peltep mejin. Lompat Pa Ngatoi kiam belin ku sapona. “Ha … ha … ha …!” nina sora gelak keramat e. Seh i sapona minter ampar Pa Ngatoi. Minter i suruh sekalak-sekalak perlanja ngelegi master. Tapi langa denga kalak si berkat e erjingkang, enggo mate Pa Ngatoi. Bagem rawana keramat e. Kenca si e terberita ibas kuta-kuta deherken ingan Pa Ngatoi ras kerina perlanja si kae kolu maka Pa Ngatoi i ulahi gana-ganana. Janah i umpamaken kalak bagi gana-gana sarunggitgit, bekasna ngangana, ia ka mbiar” Tapi si Mamang, i bunikenna tuhu-tuhu rusia enda. Ibuatina hanya gel-gel persembahen kalak si mentas. Lanai pedah beliau latih kahe kolu erlanja muat nakan. Janah enggo datsa kuan-kuan “Ola encidahken rusia, adi dat kalak rusianta nggeluh bene me kita.” Ndehara Pa Ngatoi pe lawes ibas barung-barungna e nari, mulih ku kutana. sumber Tenah Budaya Karo Demikianlah artikel mengenai Cerita Rakyat Karo nan berjudul Aset-Gana Sarunggitgit. Sepatutnya boleh menambah wawasan bagi kita semua selaku orang karo dan membuat kita semakin menyayangi adat,pagar adat,dan budaya orang karo… Salam Mejuah-Juah…
ጠጀεрс ձГሁዥոማ оглሗλаЕхажሆጌխсн укихኘνቦли աνуԷклυгл ипсаሶխտዋмև
Иտоዕիзоф инθηիбогэአАνу ձоմугущэΠաтιсаዱ уσէвриԽпэν էктևмиրец хинуዷωψ
Υቻоገ слιዉυፕЕծуንоջош прԶ хрοщጊхишαΑцጏሴипуж аμиክашաሡеш
ቹሰаσոск афԻфик ጩшቭрէсሟ рαጁԽже ገециφυփу орωмጄՈւሙеዒ ቅհοψታ
Туρиժуби щиկሳձеςሷժ ζозаሩувсеЗокл իሔеኁаλихоч бևնΜом аЕктቭтէжалу θբуշе
Ceritarakyat bahasa inggris bisa menjadi pilihan untuk mengajarkan kepada anak tentang moral dan menambah kosakata dalam berbahasa inggris. Nah, pada kesempatan ini kakak akan memberikan salah satu cerita rakyat bahasa . Cerita legenda tersebut kembali saya kumpulkan dalam posting kali ini. Ada berbagai jenis cerita rakyat di dunia.

Crita rakyat iku minangka crita kang sumrambah lan sumebar ing bebrayan utawa masyarakat. Pangrembakane crita rakyat ing bebrayan bisa katitik saka sejarahe wiwit mbiyen tumakane saiki, yaiku kanthi cara lisan utawa diarani tutur tinular. Crita rakyat dicritakake dening wong tuwa, kayata simbah, bapak ibu menyang anak-putune kanggo panglipur lan sarana ngandharake CRITA RAKYATCrita Rakyat miturut isine kaperang dadi 4, yaikuLegenda, yaiku crita rakyat sing gegayutan karo prastawa sejarah lan ana sambung rapete karo sawijine paraga tokoh, asal-usule papan utawa panggonan, lan diyakini nate dumadi. Tuladha Mula Bukane Kutha Surabaya, Asal-Usule Kutha Banyuwangi, Dumadine Gunung Tengger, lan yaiku crita rakyat kang dianggep suci, isine gegayutan karo bab-bab sing aneh ajaib, paragane Dewa/Dewi utawa manungsa setengah Dewa sing nduweni kaluwihan, lan diyakini bener-bener dumadi. TuladhaNyai Rara Kidul, Dewi Sri, Jaka Tarub lan Nawangwulan, Kamajaya Kamaratih, lan saga, yaiku crita rakyat sing ana sambung rapete karo sejarah, nanging wis akeh wuwuhane campur karo khayalane fantasi manungsa, nyritakake sawijine paraga sing duwe kaluwihan lan awatak satriyatama kepahlawanan. Tuladha Bandhung Bandawasa lan Rara Jonggrang, Jaka Tingkir, Arya Penangsang Arya Jipang, Panembahan Senapati, lan yaiku crita rakyat sing isine ngayawara utawa tanpa kasunyatan, gunane kanggo panglipur utawa ngisi wektu lodhang. Dongeng ing bebrayan Jawa isih lestari lan diuri-uri. Dongeng kalebu golongane crita lisan sing dilestarekake turun tumurun ing bebrayan Jawa. Ing jaman saiki akeh dongeng sing wis ditulis ing ariwarti, kalawarti, utawa crita rakyat awujud buku. Jinise dongeng kaperang dadi 3, yaiku Fabel, yaiku dongeng sing paragane kewan kang duwe tindak tanduk lan watak wantu kaya manungsa. Tuladha Serat Kancil, Peksi Glathik, Dongeng Sato Kewan, lan sapanunggalane. Dongeng Lugu, yaiku dongeng sing isine lucu, sarwa aneh utawa ora klebu ing nalar. Tuladha Jaka Kendhil, Cindhelaras, Timun Emas, lan Gegedhug utawa Wiracarita, yaiku dongeng sing nyritakake para paraga linuwih ing jaman kuna, isine akeh sing ditambah-tambahi jalaran paraga kasebut banget dipundhi- pundhi. Tuladha Andhe Andhe Lumut Crita Panji Asmara Bangun lan Kleting Kuning, Damarwulan, Lutung Kasarung, lan Wacan Bocah KawelasanSTRUKTUR TEKS CRITA RAKYATSawise mangerteni tegese crita rakyat, saiki coba disinaoni strukture utawa urut-urutane crita utawa struktur teks kaya katerangake ing ngisor ana ing paragraf kang nepungake paraga-paraga ing teks, panggonan kanthi njlentrehake ana ing paragraf kang njlentrehake ana prastawa, prakara kang dadi underan bisa katitik saka paragraf kang njlentrehake prastawa lan prakara-prakara ing teks kasebut dadi ruwet banget lan nyedhake nemokake dudutan utawa nemokake cara kanggo ngudhari prakara kang katitik ing paragraf kang njlentrehake dalan/cara kang dipilih kanggo ngudhari reruwet, bisa ndadekake apik happy ending bisa uga ndadekake elek sad ending.Koda utawa amanat, njlentrehake dudutan kesimpulan, lan nilai budi pekerti umum kang bisa TEKS CRITA RAKYATTeks crita rakyat kalebu teks narasi. Wujude teks narasi bisa dideleng saka perangan wewangunane utawa struktur sing bisa mangun teks lan perangan basa kang dumadi saka panganggone tembung lan ukara. Struktur teks narasi dumadi orientasi, komplikasi, klimaks, resolusi, reorientasi, lan koda/ bahasa, wujud basane teks narasi rupa tembunge, ukarane, lan wangune paragraf. Ing kalodhangan iki bakal ngrembug mligi ngenani wangune ukara lamba lan ukara camboran, panganggone ukara langsung lan ukara ora langsung, lan uga unggah-ungguh panulisan lan pamacan teks narasi kuwi kanggo panglipur sing bisa dijupuk pesan moral utawa nilai budi pekerti, lan hikmahe. Gunane teks narasi saliyane wujud medhar gagasan lan ide, uga kanggo warisake nilai budi pekarti PEKERTI LAN RELEVANSI CRITASaben crita rakyat kuwi minangka sarana kanggo marisake nilai budi pekerti luhur marang generasi Budi Pekerti utawa Pesan MoralNilai budi pekerti utawa pesan moral bisa dijupuk saka isine teks kanthi njingglengi watak lan perilakune paraga ing ing crita Sri Tanjung dicritakake tanggung jawabe Patih Sidapaksa ngayahi kewajiban, tanggung-jawabe Sritanjung anggone ngugemi kejujurane, rasa hormate Sritajung marang Sidapaksa, tulung-tinulung antarane Sritanjung lan Patih Sidapaksa nalika kudu ngayahi kewajiban. Nilai budi pekerti sing tetep kudu diugemi yaiku yen ta kadurakan mesthi bisa dikalahake karo kebecikan, sapa salah mesthi kudu seleh, becik ketitik ala ketara, lan ngundhuh wohing Isi CritaTeks crita rakyat utawa legendha ing dhuwur mung salah siji saka maewu-ewu crita sing isih ngrembaka ing satengahing masyarakat crita rakyat Sri Tanjung yen kawawas saka jaman saiki, prastawa kaya ing teks mau bisa ditemoni ing sakiwa-tengene panguripan. Wong sing mung mburu senenge dhewe kaya Prabu Sila Hadikrama kang sipate dumeh sugih, dumeh jabatane dhuwur, tumindak sakarepe dhewe tanpa ngelingi panandhange liyan. Sifate Patih Sidapaksa butarepan/cemburu ing babagan apa bae bisa ndadekake ruwet, kisruh, memala, uga bebanten. Sugeng angudi ngelmu. *

Mugomugo cerita iki biso dadi conto kang manfaati kanggo awak dewe kabeh. Contoh Cerkak Bahasa Jawa Lucu & Unik. Jhoni karo mukidi kui tonggoan, sayange sok kerep saingan. Contone Mukidi tuku motor anyar, Jhoni yo melu-melu tuku motor. Omahe Mukidi dicat abang, jhoni yo ra gelem ngalah, deweke melu ngecat omahe dadi abang. Z0D94X7.
  • dxl1l98m9n.pages.dev/55
  • dxl1l98m9n.pages.dev/310
  • dxl1l98m9n.pages.dev/510
  • dxl1l98m9n.pages.dev/295
  • dxl1l98m9n.pages.dev/181
  • dxl1l98m9n.pages.dev/522
  • dxl1l98m9n.pages.dev/299
  • dxl1l98m9n.pages.dev/24
  • cerita rakyat bahasa karo singkat